Situasi yang buruk ketika tanah air Indonesia dijajah Belanda menyebabkan banyak anak terlantar. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak Eurasia yg telah ditinggalkan oleh ayah mereka pulang ke negeri Belanda. Anak-anak dan remaja ini, tinggal di camp-camp yg ketika itu berlokasi di sekitar Kampung Melayu Jatinegara.
Keprihatinan akan
banyaknya anak terlantar dan gadis remaja yang memerlukan pembinaan &
pendidikan secara khusus, mendorong Mgr Van Velzen, Vikaris Apostolik Batavia untuk
mengundang para Suster Gembala Baik berkarya di Jakarta. Menanggapi undangan
Bapak Uskup tersebut, maka enam Suster Gembala Baik yakni Sr M Ancilla Hendriks, Sr M
Philomena Kolk, Sr M Du Carmel Terwey, Sr M Luperta, Sr M Gerardus Mayela & Sr M
Ludovika berlayar dari Belanda ke Indonesia. Mereka tiba di Jakarta pada
tanggal 27 April 1927.
Masa-masa sulit
selama Perang Dunia II, dilalui para suster dengan penuh iman dan penyerahan
pada penyelenggaraan ilahi. Para susterpun menyadari perlunya memperluas
karya di bidang pendidikan sebagai sarana & pendukung tercapainya inti
perutusan Gembala Baik. Maka pada 1 Agustus 1952, dibuka kelas untuk
anak-anak kecil semacam kelompok bermain. Sr M Petrus Claver diserahi
tugas untuk merintis dan bertanggungjawab atas kelas ini. Dengan
berjalannya waktu ternyata pelayanan di bidang pendidikan semakin dibutuhkan.
Pada 12 September
1953, para suster mendapat ijin untuk membangun Sekolah Dasar. Sekolah ini
dibangun dengan tujuan ganda. Pertama, untuk memberikan pendidikan kepada
anak-anak asuhan sehingga mereka mendapat pendidikan formal. Kedua,
untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak yang berasal dari masyarakat
biasa. 1 Oktober, pembangunan gedung SD dimulai. Hasil kesepakatan para
suster dengan Bapak Uskup Jakarta pada saat itu, sekolah akan menerima siswa
campuran perempuan dan laki-laki. Sekolah juga memberikan jaminan bahwa
anak-anak asrama akan memperoleh pendidikan formal di sekolah ini. Harapannya,
anak-anak asrama akan berkembang dan siap terjun ke masyarakat.
Pada saat berdiri
1953, SD Santa Maria Fatima hanya memiliki 2 kelas untuk setiap angkatan &
jumlah kelas tersebut terus bertambah sesuai dengan perkembangan hingga dengan
saat ini.
Setelah mengalami
pasang surut perkembangan pendidikan, jumlah alumni yang dihasilkan sudah
mencapai ribuan orang dengan tingkat kelulusan mencapai hampir 100%, suatu
prestasi yg cukup membanggakan pada saat ini.
dulu sejuk dan segar SD SANTA MARIA FATIMA :-)
BalasHapusmantep, sekarang gmnaaa?